Kamis, 06 Desember 2012

Tiga Venus

Cerita ini berawal dari kehidupan tiga orang wanita, yaitu Juli, Emily, dan Lies. Ketiganya hidup berdekatan atau bertetangga. Juli adalah tetangga depan rumah Emily, sedangkan Lies adalah tetangga belakang rumah Juli. Walaupun bertetangga, mereka tidak begitu dekat, hanya sekedar tahu atau sekedar menyapa saja. Ketiganya juga memiliki status dan kehidupan yang benar-benar berbeda. Juli adalah seorang ibu rumah tangga sejati yang ceria dengan tiga orang anak (Nico, Maretta, dan Marcello) yang cukup banyak menyita perhatian. Selain menjadi ibu rumah tangga, Juli juga membuka bisnis catering sebagai bisnis sampingan, tapi anak tetap prioritas utama untuknya, meskipun kadang benar-benar sangat merepotkannya. Lain Juli, lain pula dengan Emily. Emily (31) adalah seorang wanita karir yang berstatus masih lajang. Ia adalah wanita yang cukup sukses, modern, sangat sibuk setiap harinya, cukup tegas, dan sangat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya karena ia menjadi kepercayaan bosnya dalam mengurus berbagai hal dalam bisnis perhiasan. Tapi sayangnya, kesuksesan dan kemapanannya dalam berkarir malah membuatnya tidak ingin menikah dan berkomitmen dengan laki-laki. menurutnya lebih enak hidup sendiri karena bisa memutuskan segala sesuatunya tanpa campur tangan orang lain. Sedangkan Lies adalah seorang guru SMU yang berstatus janda. Lies termasuk wanita yang pendia dan terlihat selalu serius. Meskipun begitu, sebenarnya ia sangat suka anak-anak dan sangat ingin sekali mempunyai anak. Tapi trauma dengan pernikahannya di masa lalu membuatnya belum berani membuka hati untuk laki-laki. mantan suaminya banyak melakukan kekerasan padanya saat ia masih berstatus menjadi istrinya, Apalagi status janda yang disandangnya serta pandangan negatif orang terhadap statusnya itu, membuatnya semakin tertekan dan agak menutup diri terutama terhadap laki-laki.
Suatu hari, di hari yang panjang dengan berbagai aktivitas yang cukup melelahkan, mereka akhirnya bisa melepaskan lelah di tempat mereka masing-masing. Juli berada di rumah sakit, karena anaknya, Nico, sakit. Emily berada di kamarnya, setelah mengurusi pekerjaan bersama bos besarnya, Pak Richard, yang cukup cerewet. Dan Lies berada di rumahnya, setelah menjenguk siswinya yang melakukan aborsi. Sebenarnya ketiganya sama-sama merasa cukup lelah dengan kehidupan masing-masing yang dilalui setiap harinya. Malam itu ada bintang jatuh. Dan tanpa sadar, mereka mengucapkan sebuah keinginan dalam hati mereka masing-masing.
Keesokan harinya, ketika bangun dari tidur, mereka mendapati bahwa mereka berada dalam tubuh yang berbeda. Juli berada dalam tubuh Lies, Lies berada dalam tubuh Emily, dan Emily berada dalam tubuh Juli. Ternyata tubuh mereka tertukar. ketika mereka bertukar tubuh inilah, kejadian-kejadian heboh dan cerita-cerita seru tercipta.
Hari pertama mereka lalui dengan perasaan was-was dan agak cemas karena apa yang mereka lakukan benar-benar berbeda dari kebiasaan mereka sehari-hari. Tapi untuk hari-hari berikutnya mereka bertiga sepakat untuk saling membantu satu sama lain, walaupun untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan masing-masing terasa sangat susah. Emily yang terbiasa menangani berbagai tugas kantornya, terpaksa harus berusaha menjadi ibu yang baik seperti yang biasa dilakukan Juli. Emily harus sabar menghadapi ketiga anak Juli yang cukup merepotkan, mengurus suami Juli (Kevin) yang kadang-kadang cuek, dan yang paling menyebalkan adalah harus menghadapi mertua Juli yang super bawel. Emily yang terbiasa melakukan segala sesuatunya dengan bebas, salah satunya yaitu merokok, sudah tidak bisa bertingkah sembarangan seperti itu lagi karena tubuh Juli sedang mengandung dan ia harus berperan menjadi ibu yang baik untuk ketiga anak Juli. Sementara itu, Juli lebih santai dalam menghadapi pertukaran tubuh itu. Walaupun ia tidak pernah memiliki pengalaman mengajar, ia berusaha belajar untuk bisa menghadapi murid-murid Lies. Ia juga harus menangani masalah siswi Lies (Kim) yang pintar tapi hamil di luar nikah. Sedangkan Lies, agak kewalahan menangani urusan kantor yang sama sekali tidak ia mengerti sebelumnya dan harus sering bersama bos besar (Pak Richard) yang cukup cerewet. Ribet itu pasti. Nggak kebayang deh gimana heboh, seru, dan lucunya tiga wanita ini menghadapi pertukaran tubuh mereka.
Supaya lancar dalam melaksanakan perannya, mereka saling berkomunikasi, bertukar informasi mengenai diri mereka masing-masing, Mereka juga benar-benar saling membantu bila ada masalah dan berusaha memecahkannya bersama-sama. Hal itu membuat mereka semakin hari semakin dekat dan bersahabat. Mereka juga membawa perubahan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri yang sesungguhnya dan juga untuk diri mereka yang tertukar itu.
Gaya mengajar Juli sebagai Lies lebih santai, dan tidak kaku lagi. Juli sebagai Lies bisa menjadikan sosok Lies lebih ramah, peduli, dan lebih terbuka dengan orang lain. Juli mempelopori demo bersama guru-guru lainnya, agar sekolah memperhatikan, merangkul, dan bukannya menjauhi siswanya yang bermasalah. Juli bisa dengan puasnya membalas rasa sakit Lies pada mantan suami Lies (Orien) yang sempat datang dan bermaksud ingin kembali. Dan Juli bisa membuat Lies dekat dengan seorang laki-laki yang juga sama-sama guru, yaitu Moza. Sementara itu, Lies sebagai Emily, bisa menangani pekerjaannya dengan baik, walaupun tetap dibantu oleh Emily. Lies lebih bisa memahami bosnya. Dan Lies sebagai Emily juga bisa mendekatkan sosok Emiliy dengan seorang pria yang sangat dikagumi Emily, yaitu Gregory Surya. Lies yang sesungguhnya pun akhirnya bisa menerima segala sesuatunya dengan lebih baik. Apalagi Lies juga bisa membalaskan dendamnya dengan meng’hajar’ habis-habisan Orien, mantan suaminya, dengan berbagai wawancara yang cukup sulit, sewaktu Orien melamar pekerjaaan sebagai Manajer Marketing di perusahaan Emily. Kalau Emily tadinya berpikir tidak ada manfaat sama sekali dan perubahan yang berarti dengan menjadi Juli tapi ternyata, tanpa disadari, Emily lebih memahami dan merasakan peran serta jasa seorang ibu yang sesungguhnya. Emily juga menjadikan sosok Juli yang lebih tegas pada sekolah tempat anaknya dididik dan dalam menasehati anak-anaknya. Apalagi saat Emily sebagai Juli ulang tahun, ia mendapatkan surprise dari suami Juli (Kevin), Ibu mertua Juli, anak-anak, dan kehadiran Lies serta Juli sebagai sahabat. Di situ Emily merasakan cinta dan kehangatan keluarga yang sesungguhnya. Dan itu membuat pandangannya selama ini tentang pernikahan berubah.
Beberapa waktu kemudian, pada saat Emily dalam tubuh Juli akan melahirkan di rumah sakit, jiwa mereka sempat bertukar-tukar lagi. Setelah Emily, Lies sempat masuk dalam tubuh Juli. Untuk sesaat, Emily dan Lies benar-benar tahu rasanya akan melahirkan itu seperti apa. Pada akhirnya, mereka kembali ke tubuhmereka masing-masing. Pertukaran itu membuat diri mereka yang sesungguhnya menjadi lebih baik. Sikap dan pandangan hidup mereka juga berubah menjadi lebih baik lagi. Dan mereka pun bersahabat sampai seterusnya, meskipun sudah kembali ke tubuh mereka masing-masing.
Lucu, seru, dan haru. Tiga kata yang dapat mewakili dari buku ini. Itulah sebabnya buku ini terasa menarik. Walaupun tema impian ‘bertukar tubuh’ ini sering dibuat dalam sebuah cerita, tapi cerita dalam buku ini disampaikan dalam bentuk yang berbeda. Secara tidak langsung, buku ini banyak mengambil kisah yang sering terjadi dan dialami oleh masyarakat atau bahkan orang-orang di sekeliling kita terutama wanita. Mulai dari masalah pendidikan yang seharusnya sekolah bisa lebih memperhatikan dan me’rangkul’ siswanya yang bermasalah, status janda yang masih dianggap negatif di masyarakat, rasa trauma yang dialami karena kekerasan akibat perceraian, serta pandangan seseorang dalam menilai sebuah penikahan. Masalah-masalah tersebut pun bisa dilalui dan diatasi ketiga tokoh dengan cara terbaik menurut mereka. Dan karena pertukaran tubuh itulah mereka bisa bersahabat sampai seterusnya.
Kadang kita sering mengharapkan sesuatu dalam hati tapi kenyataan yang ada malah benar-benar berbeda dari yang diinginkan. Oleh karena itu, yakinlah bahwa itu hanyalah salah satu sisi dari kehidupan. Dengan diimbangi sikap untuk selalu BERBENAH DIRI dan senantiasa BERUSAHA serta BERDOA, maka kita pasti akan mendapatkan yang terbaik. Segala sesuatu itu ada masanya. Ada saat di mana kita harus berusaha keras untuk ‘menanam’, dan akan tiba pula saat bagi kita untuk ‘memetik’ jerih payah yang telah kita lakukan. jadilah orang yang fleksibel yang bisa menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar. Orang yang fleksibel bisa mengambil pelajaran atas kegagalan-kegagalan kemarin. Mengubah pola pikir kita terhadap sesuatu dan masih tetap jadi diri sendiri ketika menyesuaikan tingkah laku kita dengan kondisi yang berbeda :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar